Islamofobia: Penyebab dan Solusinya


Sumber: Salam-Online.com

Islamofobia ialah istilah yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, ketakutan dan kebencian terhadap agama Islam dan penganutnya (Muslim). Islamofobia ‘bersaudara’ dengan perilaku tiada terpuji lainnya seperti rasisme,  seksisme, dan lainnya. Basisnya, sebagian orang membenci segelintir orang tertentu hanya karena agama, ras, atau bahkan jenis kelamin yang mereka miliki.


Islamofobia tentu saja meresahkan bagi umat muslim. Apalagi bagi mereka yang tinggal di negeri yang mana umat Islam ialah minoritas.  Hasil penelitian dari Charles Sturt University (CSU), menyebutkan bahwa wanita berjilbab paling berisiko mengalami penganiayaan. Saudari-saudari kita ini kita menjadi sasaran empuk, dikarenakan jilbab merupakan ‘identitas terbuka’ bahwasanya mereka ialah muslim. Perilaku yang diterima oleh umat muslim akibat islamofobia bisa berupa serangan verbal, seperti menyuruh “Kembalilah ke tempat asalmu!” dan fisik. Di video viral baru-baru ini menunjukkan pelaku biadab seseorang yang sengaja memundurkan mobilnya untuk menabrak wanita berjilbab yang sedang menyebrang. Muslimah tersebut terjatuh di kap mobil, sebelum kemudian tersungkur di aspal. 


Ada banyak faktor mengapa fenomena miris ini bisa terjadi, yang paling utama ialah kurangnya pengetahuan akan sesuatu tersebut. Kedua, bisa jadi ia hanya mengambil kesimpulan dari berita sekilas yang ia lihat. Misalkan, berita tersebut menunjukkan sekelompok ‘muslim’ yang mengebom sebuah pusat perbelanjaan dengan nama ‘jihad’. Orang tersebut langsung menyimpulkan bahwasanya semua muslim ialah teroris, dan ialah orang berbahaya yang layak menerima diskriminasi serta penganiayaan. 


Tentu saja, ini adalah pemikiran yang sempit. Terlebih lagi, bilamana orang tersebut mengambil informasi di media, yang mana media sendiri sudah dikenal sering menggembor-gemborkan sesuatu yang ternyata toh, tidak seheboh itu. Rangkaian kata headline terkadang cenderung terlalu memancing. Padahal setelah dibuka konten beritanya, ya, tidak se-wow headline tersebut. Inilah mengapa, menurut Imam Masjid New York Shamsi Ali, penting bagi umat muslim untuk menguasai media. Jika belum mampu menguasai… paling tidak kerja di bagian media deh, menjadi jurnalis atau reporter. Sekedar membuat blog dan menulis opini sebagai masyarakat umum juga bisa, yang penting dakwah kita bisa tersampaikan. Ini dikarenakan, jurnalisme, pasti terpengaruh dengan subjektivitas jurnalis tersebut. Condong ke arah mana suatu media, jika ditelisik pasti akan kelihatan. Nah, jikalau media banyak dikuasai oleh orang-orang yang membenci islam, sudah tahu kemana kan, media itu akan menghasilkan berita-berita yang seperti apa?


Selain media, orang-orang tersebut juga salah jika menyimpulkan perbuatan buruk 1 orang merepresentasikan seluruh umat islam. Lagipula, kita sebagai umat muslim toh berpaku pada Al-Quran dan Hadits. Seorang muslim, kecuali keimanannya melenceng, tidak akan menjadikan teroris sebagai panutan, apalagi ketua-nya. Islam adalah agama yang sempurna, namun kodrat manusia ialah, kita tidak sempurna. Kita dengan segara kekurangan kita pasti melakukan 1 sampai 1000 dosa perhari-nya. Bahkan, baginda Nabi SAW saja yang merupakan manusia yang paling ‘sempurna’ pun, tidak luput dari yang namanya dosa. 


Oleh karena itu, sangat disayangkan jika ada orang-orang yang dengan simpelnya menyimpulkan apa itu Islam (dan kesimpulannya salah!), kemudian menyimpan rasa tidak suka yang berujung diskriminasi pada umat muslim. Tapi, kadang jika kita lihat keadaan mayoritas umat muslim di negeri ini… kita menjadi tidak heran kenapa Islam bisa memiliki representasi buruk di masyarakat awam. Misalnya saja banyak kasus dari kaum ‘minoritas’ non-muslim yang dilarang beribadah oleh para muslim, padahal mereka melakukannya dengan tenang di kediamannya sendiri. Mereka di demo ramai-ramai oleh segerombolan orang dengan dalih ‘kebenaran’, jika caranya seperti itu, siapa yang tidak akan takut dan memendam rasa tidak suka? Padahal jika mereka ditanya ayat mana dalam Al-Quran yang membenarkan  membubarkan orang non-muslim beribadah, pasti mereka tidak bisa memberikan jawaban konkrit. 


Sudah banyak dari perilaku Nabi yang mencontohkan bertutur kata halus, membalas kejahatan dengan kebaikan, dan dengan akhlakul kharimah beliau –  yang membuat pendengar shirah terharu – akhirnya membuat orang-orang yang dulu membenci beliau, tersentuh dan menjadi mualaf. Tetap saja, mau sekeras apapun kita berusaha memperbaiki representasi islam, jika kerap saja terus ada oknum yang memperjelek-nya, usaha kita ini hanya akan menjadi tugas yang tidak akan ada habisnya. 


Sebenarnya, semua masalah ini dapat diselesaikan dengan melihat ke akarnya: kurangnya ilmu pengetahuan. Baik para umat muslim yang berteriak bahwasanya dirinya muslim, padahal ia tidak memancarkan akhlakul kharimah muslim sebenarnya dan hanya berakhir merusak nama baik islam. Dan juga golongan satunya, yang berpikiran sempit dan dengan gampangnya menyimpulkan jika Islam itu agama yang mendukung pembunuhan untuk non-muslim, tanpa memahami atau bahkan mengetahui apa itu Al-Qur’an dan Hadits. 


Bagi mereka yang terus berteriak ‘demo, demo dan demo!’ kemudian mempersulit pemberian izin pembangunan gereja di desanya, itulah tugas kita atau para ulama untuk mengedukasi oknum-oknum seperti itu. Nabi saja tidak menyerang negara non-muslim kecuali negara tersebut menyerang kaumnya duluan. Bahkan Allah SWT telah menegaskan untuk tidak memaksa orang lain masuk islam, karena pada dasarnya kita tahu, segala sesuatu yang dipaksakan, pasti akan berakhir buruk. Islam sendiri mengutamakan sifat ikhlas, karena jika tidak ikhlas pun, amal yang kita lakukan percuma, malaikat Raqib tidak akan mencatatnya. Dalil untuk tidak memaksa orang lain masuk islam sudah terpampang nyata di Surah Al-Baqarah ayat 256. Artinya: "Tidak ada paksaan untuk menganut agama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat,"


Begitu pula dengan segelintir orang yang sudah ‘teracuni’ dengan doktrin bahwasanya Islam adalah agama yang pro dengan pembunuhan (padahal, Allah SWT berfirman di Al-Maidah ayat ke-32, yang artinya: “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”) maka ada baiknya kita melakukan dakwah dan mendekati mereka dengan cara yang baik. Misal, dengan melakukan ceramah di gereja, kuliah terbuka soal agama Islam (bagi para pendidik!) dan menyelenggarakan forum antar-agama. Harapannya ialah, agar orang-orang yang hadir – mungkin awalnya mereka ingin membuka celah untuk menjatuhkan Islam – namun ilmu itu kan, ibarat cahaya, InsyaAllah sedikit demi sedikit hati mereka akan  terbuka.


Terakhir, hidayah merupakan hak prerogratif Allah SWT. Siapapun yang Allah SWT inginkan untuk mendapatkan hidayah, pasti tidak ada penghalang apapun baginya untuk sampai kepadanya. Kita sebagai umat muslim, yang mana posisi terdekat kita dengan Tuhan ialah saat mempertemukan dahi dengan bumi, harus kerap berdo’a yang baik untuk mereka. InsyaAllah, malaikat di sebelah kamu akan meng-amiinkan dan sang pemilik Bumi sendiri akan mengabulkan.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gabut, tapi Tetap Mau Produktif di Saat Pandemi? Download Yummy App aja!

BAGAIMANA SANTRI MELAWAN PAHAM RADIKALISME