BAGAIMANA SANTRI MELAWAN PAHAM RADIKALISME


Sumber: Qureta.com

Radikalisme adalah suatu paham yang mengancam ideologi pancasila Indonesia. Apalagi yang berujung pada terorisme, bukan hanya merusak ‘nama’ Islam, namun juga mengancam merengut nyawa orang banyak, yang notabene, dalam Islam tidak diajarkan sama sekali untuk merengut nyawa orang – kecuali tindakan tersebut dilakukan berdasarkan hukum yang telah ada. 

Radikalisme sendiri dalam KBBI artinya ialah aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dengan cara kekerasan atau drastis. Di era modern seperti ini, mendapatkan informasi merupakan hal yang mudah, sama seperti bagaimana saya tahu definisi radikalisme di KBBI tadi. Sayangnya, bukan hanya informasi yang valid yang mudah didapatkan, informasi yang belum 100% benar dan merupakan ‘kabar burung’ – bahkan bisa jadi berujung fitnah – pun juga gampang disebarkan dengan 2-3 ketuk jari. 

Kemajuan teknologi ini pula-lah yang akhirnya digunakan oleh ‘oknum’ untuk merekrut, bahkan mencuci otak orang asing untuk kepentingan pribadi mereka. Mereka kerap memotong 1-2 ayat tenang perang dan jihad, kemudian membagikannya dengan narasi yang dipoles dengan apik kepada mangsa mereka. Jika sang ‘mangsa’ merupakan pribadi yang, maaf, masih pemula dalam hal ilmu agama dan iman, memiliki dendam pribadi atau ketidakpuasan tersendiri pada negara, maka itu akan lebih dari cukup menjadi senjata yang ampuh bagi sang predator merekrut mangsanya. Esoknya, ia akan iya-iya saja pada perintah pemimpinnya untuk merusak negara yang telah susah-susah dibangun oleh para founding fathers kita, mereka merasa mereka jalan yang mereka lalui ialah jalan mendekati surga, namun malaikat yang kasihan pun tahu jalan yang mereka hantamkan dengan kaki mereka ialah jalan menuju api yang abadi. Sebab lain ialah tidak menelisik lebih lanjut arti sebenarnya, shiroh, dan tafsir dari ayat-ayat perang tersebut. Intinya: kebodohan berujung celaka.

Sayang sekali rasanya, jika semakin banyak individu terhasut dengan cara seperti itu. Tentunya, solusi yang baik akan itu ialah degan memerangi ketidak-tahuan itu dengan ilmu. Kita sebagai manusia yang dikaruniai dengan otak yang luar biasa, baiknya mengenakan itu dengan sebaik-baiknya, dengan tujuan yang mulia: belajar agama. Tentu yang memiliki ilmu semacam ini ialah anak-anak yang telah dikirimkan oleh orang tua-nya yang ingin anaknya tumbuh menjadi anak yang sholeh ke pesantren atau sekolah islam. Ya, mereka adalah para santri, mereka yang menganut ilmu agama sejak dini.

Para santri tentu paham, di Islam diajarkan bahwa bela negara adalah hal yang baik, dan Islam ialah agama yang indah dan penuh toleransi. Perbedaan kerap terjadi di agama ini, kalangan ulama saja kerap memiliki perbedaan pendapat dan kerap ada perdebatan, apalagi di kalangan masyarakat muslim awam.

Santriwan santriwati ini memiliki peran besar untuk memerangi paham radikalisme ini dengan berbagai cara. Mereka tentu paham akan adab islam untuk menasihati orang dengan baik, serta sudah tidak asing dengan sifat-sifat Rasullullah SAW. Mereka akan menjadi garda terdepan dalam memerangi paham yang ‘nyeleneh’ dengan memberikan sosialisasi, musyawarah, dan tentu saja dibarengi dengan do’a yang baik agar saudara seiman mereka kembali ke jalan yang benar. Niscaya, dengan semua itu, radikalisme kan terminimalisir, karena realistisnya, tentu paham ini tidak akan tuntas kecuali Indonesia adalah utopia. Dan dengan terminimalisirnya paham tersebut, kita hanya bisa berdo’a agar Indonesia tiada akan runtuh di waktu yang lama.


Note: ini juga, adalah essay yang saya submit di lomba dan kalah lol, batas karakter untuk persyaratan lomba tersebut ialah jika tidak salah 2000 karakter, jadi banyak ide saya yang tidak mampu saya jabarkan:) (maklum, saya tidak bisa menulis tidak panjang:") 

+ saya masih awam dalam hal beragama. jika ada krisar, tolong ajari saya suhu. terimakasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Islamofobia: Penyebab dan Solusinya

Gabut, tapi Tetap Mau Produktif di Saat Pandemi? Download Yummy App aja!